Judul Buku :
Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa
Penulis :
Taufiqurrahman al-Azizy
Penerbit :
Diva Press, Yogyakarta
Tebal :
403 halaman
Kehidupan
yang selalu berwarna, tak terkecuali juga di pesantren. Pesantren yang bukan
saja tempat menimba ilmu, juga berisi tentang sisi lain yang bernama cinta.
Pesantren memang memilliki dua dualisme dan setiap sisinya haruslah membawa
keberkahan. Perbedaan itu bukan hanya pada sisi aturan, dan konsep,tetapi pada juga
sisi kyainya.
Taufiqurrahman
al-Azizy sebagai prosais selalu mengungkap sisi indah dan beda dari cinta. Dia
bercerita tentang dua pesantren yang memiliki prinsip yang berbeda. Perbedaan
itu adalah pada pimpinannya. Keduanya adalah karib dan sama-sama menjadi kyai tersohor dengan karakter yang berbeda. Mereka
terikat suatu perjanjian. Bilamana Allah menganugrahi kedua anak yangberbeda
jenis kelamin, maka akan dijodohkan. Kyai Masduqi adalah kyai yang amat
sederhana dan jauh lebih muda daripada kyai Ahmad. Kecintaan kyai Masduqi dan istrinya
pada kidung dan shalawat menyebabkan munculnya kidung shalawat yang telah
dipersiapkan untuk anaknya. Kyai Ahmad melahirkan anak yang bernama Zulfa
Khawara Zahra dan kyai Masduqi melahirkan anak yang bernama Zaki. Kidung inilah
yang dipersiapkan oleh istri kyai Masduqi untuk pernikahan Zulfa dan Zaki yang
diberi nama Kidung shalawat zaki dan Zulfa.
Pesantren
milik kyai Masduqi sangat sederhana dan mempunyai santri dari kalangan
sederhana. Mereka berasal dari anak-anak miskin, para fakirdan yatim. Beliau
sangat dicintai warga sekitar karena kesahajaannya sangat sederhana. Warga yang
menempati rumah-rumah di atas tanah yang bukan miliknya. Tetapi bagaimana
ketika mera mau digusur?
Lihatlah
pesantren milik Kyai Ahmad yang megah dan indah itu. Santri-santrinya dari
kalangan menengah ke atas. Tamunya pun dari kalangan politisi, pejabat, dan
penguasa yang datang meminta do’a. Inilah dakwah kyai Ahmad yangbertolak
belakang dari jalan dakwah kyai Masduqi. Dimas salah satu santri berlatar
belakang kaya sangat berpengaruh di pesantren kyai Ahmad dan menjadi salah satu
penghalang cinta Zaki dan Zulfa.
Dan
ketika Zaki sangat mengagumi sosok Zulfa yang sangat mempesona laksana bidadari
itu, timbullah kedengkian dari Dimas yang sangat mencintai Zulfa. Inilah awal dari
kedengkian, iri, dan merasa berkuasa yang menyebabkan kesengsaraan pada
pesanttren kyai Masduqi dan warga sekitarnya. Ketika cinta bersambut dan akan
berlabuh pada pertunangan antarra Zaki dan Zulfa, justru berubah menjadi sebuah
kebencian. Ini menjadi beban bagi kyai Masduqi, tetapi beliau adalah sosok yang
sangat mencintai warga dan berakhlakul karimah masalah ini tetap diselesaikan
walaupun sampai pada akhirnya nyawa menjadi jawabnya.
Bahkan,
pesantren dan tanah akan dijual untuk membayar pengacara untuk Zaki. Sampai
pada akhirnya “kyai Masduqi jual pesantren untuk membayar pengacara”. Sungguh
moral tak lagi ada dan kekuasaan pun menang. Zulfa pun memiliki kedengkian yang
sangat dalam untuk Zaki dan memutuskan menikah dengan Dimas ketika Zaki mendekap
di penjara. Inilah kekuatan cinta yang bukan pada sejatinya.
Perjuangan
kyai Masduqi berakhir ketika beliau tertabrak mobil. Inilah kekuatan Allah. Ketika
semua berduka, dan pada batas kesabarannya, Salma selalu ada dengan cintanya
kepada Zaki. Salma seorang gadis yang dulunya seorang pelacur sangat mencintai
keluarga kyai Masduqi. Innilah kekuatan cintanya. Cinta yang selalu bersandar
pada Illahi selalu menemukan bahwa suatu kehidupan untuk bertaubat itu tidak
ada kata untuk terlambat.
Novel Islami
ini akan membawa kita berada pada realita kehidupan di lingkungan pesantren. Cinta
yang menjadi kekuatan harus diuji berkali-kali untuk menjawab liku-liku cerita
ini. Kekuatan untuk setiap karakter pun sangat kuat dan disajikan dengan gaya
dan tulisan yang menarik. Akhirnya, selamat membaca kekuatan Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa