Jumat, 20 September 2013

Cinta di Pesantren


Judul Buku         : Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa
Penulis               : Taufiqurrahman al-Azizy
Penerbit             : Diva Press, Yogyakarta
Tebal                 : 403 halaman
                Kehidupan yang selalu berwarna, tak terkecuali juga di pesantren. Pesantren yang bukan saja tempat menimba ilmu, juga berisi tentang sisi lain yang bernama cinta. Pesantren memang memilliki dua dualisme dan setiap sisinya haruslah membawa keberkahan. Perbedaan itu bukan hanya pada sisi aturan, dan konsep,tetapi pada juga sisi kyainya.
                Taufiqurrahman al-Azizy sebagai prosais selalu mengungkap sisi indah dan beda dari cinta. Dia bercerita tentang dua pesantren yang memiliki prinsip yang berbeda. Perbedaan itu adalah pada pimpinannya. Keduanya adalah karib dan sama-sama menjadi kyai  tersohor dengan karakter yang berbeda. Mereka terikat suatu perjanjian. Bilamana Allah menganugrahi kedua anak yangberbeda jenis kelamin, maka akan dijodohkan. Kyai Masduqi adalah kyai yang amat sederhana dan jauh lebih muda daripada kyai Ahmad. Kecintaan kyai Masduqi dan istrinya pada kidung dan shalawat menyebabkan munculnya kidung shalawat yang telah dipersiapkan untuk anaknya. Kyai Ahmad melahirkan anak yang bernama Zulfa Khawara Zahra dan kyai Masduqi melahirkan anak yang bernama Zaki. Kidung inilah yang dipersiapkan oleh istri kyai Masduqi untuk pernikahan Zulfa dan Zaki yang diberi nama Kidung shalawat zaki dan Zulfa.
                Pesantren milik kyai Masduqi sangat sederhana dan mempunyai santri dari kalangan sederhana. Mereka berasal dari anak-anak miskin, para fakirdan yatim. Beliau sangat dicintai warga sekitar karena kesahajaannya sangat sederhana. Warga yang menempati rumah-rumah di atas tanah yang bukan miliknya. Tetapi bagaimana ketika mera mau digusur?
                Lihatlah pesantren milik Kyai Ahmad yang megah dan indah itu. Santri-santrinya dari kalangan menengah ke atas. Tamunya pun dari kalangan politisi, pejabat, dan penguasa yang datang meminta do’a. Inilah dakwah kyai Ahmad yangbertolak belakang dari jalan dakwah kyai Masduqi. Dimas salah satu santri berlatar belakang kaya sangat berpengaruh di pesantren kyai Ahmad dan menjadi salah satu penghalang cinta Zaki dan Zulfa.
                Dan ketika Zaki sangat mengagumi sosok Zulfa yang sangat mempesona laksana bidadari itu, timbullah kedengkian dari Dimas yang sangat mencintai Zulfa. Inilah awal dari kedengkian, iri, dan merasa berkuasa yang menyebabkan kesengsaraan pada pesanttren kyai Masduqi dan warga sekitarnya. Ketika cinta bersambut dan akan berlabuh pada pertunangan antarra Zaki dan Zulfa, justru berubah menjadi sebuah kebencian. Ini menjadi beban bagi kyai Masduqi, tetapi beliau adalah sosok yang sangat mencintai warga dan berakhlakul karimah masalah ini tetap diselesaikan walaupun sampai pada akhirnya nyawa menjadi jawabnya.
                Bahkan, pesantren dan tanah akan dijual untuk membayar pengacara untuk Zaki. Sampai pada akhirnya “kyai Masduqi jual pesantren untuk membayar pengacara”. Sungguh moral tak lagi ada dan kekuasaan pun menang. Zulfa pun memiliki kedengkian yang sangat dalam untuk Zaki dan memutuskan menikah dengan Dimas ketika Zaki mendekap di penjara. Inilah kekuatan cinta yang bukan pada sejatinya.
                Perjuangan kyai Masduqi berakhir ketika beliau tertabrak mobil. Inilah kekuatan Allah. Ketika semua berduka, dan pada batas kesabarannya, Salma selalu ada dengan cintanya kepada Zaki. Salma seorang gadis yang dulunya seorang pelacur sangat mencintai keluarga kyai Masduqi. Innilah kekuatan cintanya. Cinta yang selalu bersandar pada Illahi selalu menemukan bahwa suatu kehidupan untuk bertaubat itu tidak ada kata untuk terlambat.
                Novel Islami ini akan membawa kita berada pada realita kehidupan di lingkungan pesantren. Cinta yang menjadi kekuatan harus diuji berkali-kali untuk menjawab liku-liku cerita ini. Kekuatan untuk setiap karakter pun sangat kuat dan disajikan dengan gaya dan tulisan yang menarik. Akhirnya, selamat membaca kekuatan Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa

Kamis, 19 September 2013

Kisah Motivasi


Perjuangan Hidup sang Elang


             Elang adalah hewan kelas aves dari kingdom Animalia. Elang termasuk dalam family Accipitridae dan ordo Accipitriformes. Tubuh elang diselubungi bulu – bulu pelepan. Elang merupakan hewan berdarah panas. Elang merupakan hewan pemangsa, makanan utamanya dalah tikus, tupai, dan ayam. Namun, ada sebagian elang yang menangkap sebagai makanan utama mereka.
                Ada sesuatu yang spesial dari siklus hidup burung elang. Elang memiliki umur paling panjang diantara burung – burung lainnya. Umur elang bisa mencapai 70 tahun untuk satu masa siklus hidupnya. Namun, untuk mencapai umur itu, elang membutuhkan perjuangan yang sangat berat di umur 40 tahun.
                Di usianya yang ke – 40, situasi ini sangat berat bagi sang elang, dia hanya memiliki dua pilihan, MATI atau BERTAHAN menghadapi penderitaan untuk menjalani proses perubahan selama hampir 150 hari.  Saat itu, cakarnya yang tajam berubah menjadi keras dan kaku. Hal ini tentu menyulitkan sang elang saat dia memegang mangsa yang hendak dimakan. Dia sudah tidak bisa lagi mencari mangsa dengan optimal. Padahal selama ini, dia tidak pernah mengalami kendala berat untuk memegang mangsanya.
 Paruhnya yang kuat dan tajam berubah menjadi panjang dan bengkok hingga menyentuh dada. Tidak hanya itu, kedua sayap yang selama ini dia gunakan untuk terbang, kini mulai menua. Dia tidak bisa terbang dengan baik karena bulunya memanjang dan menebal sehingga menjadi beban berat sang elang untuk terbang.
Proses ini mengharuskan elang untuk terbang ke puncak gunung, hanya duduk di bebatuan di tebing yang curam. Dia memukul – mukul paruhnya pada batu, berusaha sekuat mungkin agar paruh lamanya segera terlepas. Setelah paruhnya terlepas, sang elang harus menunggu paruhnya yang baru tumbuh.

Tak cukup disini, setelah paruhnya kembali dia menggunakan paruhnya untuk mecopoti kukunya satu persatu. Ketika kukunya sudah terlepas dan menunggu kuku yang baru tumbuh, dia harus segera merontokkan bulu – bulu sayapnya. Dia mencabut satu persatu bulunya lalu menunggu bulunya tumbuh kembali. Akhirnya, setelah lima bulan dia terlahir kembali sebagai sang elang dengan kemampuan terbang dan hidup barunya seperti sedia kala untuk hidupnya selama 30 tahun ke depan.
Sungguh berat perjuangan sang elang jika dia menginginkan hidupnya berlanjut. Hal ini patut dijadikan motivasi untuk hidup. Hidup perlu perjuangan, jika kamu tidak berjuang maka kamu tidak akan bisa melanjutkan hidup. Ada yang bilang, hidup itu pilihan. Kadangkala kita dihadapkan pada pilihan – pilihan yang sulit. Namun, diantara pilihan itu, kita harus menentukan satu pilihan untuk hidup kita, meskipun kita akan melewati masa – masa berat karena pilihan tersebut. Jangan pernah sekalipun berhenti berjuang. Karena dibalik perjuangan berat, kita akan menemukan suatu hal yang luar biasa. Setitik perjuangan akan tetap memberikan manfaat pada setiap yang berjuang.